PEMBENTUKAN PENGURUS JAGA WARGA KAMPUNG MANGKUKUSUMAN DAN KAMPUNG GENDENG
Melihat masyarakat Yogyakarta berarti membawa pada gambaran Jawa yang tidak monolitik. Masyarakat Yogyakarta adalah pewaris masyarakat Mataram yang telah terbentuk berdasarkan persinggungannya dengan perangkat kultur lainnya. Menyangkut isu berbagai isu sosial, politik maupun keagamaan, jika tidak berlebihan, sebetulnya merupakan cerminan paling gampang dalam memotret kekinian masyarakat Yogyakarta.
Dampak dari dialektika itu, kekerasan cukup jarang terjadi, kecuali letupan-letupan kecil saja. Jika ada, kejadian tersebut biasanya berlangsung begitu cepat, sehingga setelah peristiwa itu seolah tidak terjadi apa-apa. Cepat terjadi, cepat menguap. Tindakan kekerasan yang muncul terlebih sebagai reaksi spontan ketimbang konflik terpendam berlama-lama. Salah satu hal yang membuat tidak berlama-lamanya konflik itu adalah kuatnya kultur rembugan (dialog), baik bersifat formal maupun informal (angkringan, dan sebagainya). Kultur dialog ini tidak semata-mata muncul dari ruang hampa, melainkan datang bersamaan dengan proses transformasi sosial masyarakat Yogyakarta. Kultur tersebut sekaligus menjamin kohesivitas sosial masyarakat Yogyakarta dengan kekuatan-kekuatan budaya penyangganya. Dengan sendirinya, kultur rembugan itu membawa pada pemahaman akan pentingnya toleransi yang terus dihidupkan melalui rembugan-rembugan yang telah terbiasa dilakukan.
Penguatan rembug kampung diharapkan mampu meredam bibit konflik yang mungkin akan timbul. Dengan sikap toleransi yang tinggi, konflik sosial tidak akan mempunyai ruang untuk berkembang. Penguatan rembug kampung ini diwadahi dengan program jaga warga sebagaimana amanat Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2019. Jaga warga merupakan sebuah aplikasi dari kearifan lokal budaya Yogyakarta yang menjadi perilaku sehari-hari masyarakat yogyakarta. Sikap toleran ini yang harus senantiasa dijaga dan dilestarikan, sehingga bisa terwujud masyarakat yang damai, aman, sejahtera sehingga menjadikan Kota Yogyakarta sebagai wilayah yang nyaman huni, demikian disampaikan Sekretaris kelurahan Baciro dalam sambutan pembuka kegiatan pembentukan pengurus jaga warga kamung mangkukusuman dan kampung gendeng di aula lantai 2 kantor kelurahan Baciro pada hari senin 16 desember 2019. (SURYA-A0216)