MENUJU BACIRO TANGGUH BENCANA MELALUI KATANA

Kondisi Iklim, Geologi, Geomorfologi, Tanah, dan Hidrologi menjadikan Indonesia sebagai Negara Rawan Bencana. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya, serta kondisi fisik Indonesia berpengaruh terhadap tingkat risiko bencana. Selain menimbulkan risiko bencana, kondisi geografis Indonesia juga menyimpan potensi kekayaan alam seperti minyak, gas alam, emas, tembaga, dan sebagainya, yang menarik begitu banyak investor asing dan menggerakkan perekonomian nasional. Namun kondisi tersebut menimbulkan konsekuensi lain yang lebih parah karena bukan saja kondisi rakyat Indonesia tak beranjak dari kemiskinan tapi juga memunculkan bencana lainnya. Hutan dibabat habis sehingga menimbulkan banjir dan longsor, limbah industri pertambangan mencemarkan lingkungan hidup, dan bencana-bencana lainnya yang diakibatkan oleh ulah manusia.

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan respons terhadap bencana. Faktor yang berperan dalam kesiapsiagaan bencana adalah Masyarakat dan pihak pengambil keputusan. Masyarakat memiliki Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude), dan Perilaku (Behaviour) untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah bagian yang integral dari pembangunan berkelanjutan. Jika pembangunan dilaksanakan dengan baik, upaya kesiapsiagaan terhadap bencana akan lebih ringan tugasnya

Partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat diwujudkan dengan Pendidikan Kebencanaan. Melalui pendidikan kebencanaan, mayarakat yang tinggal di daerah rawan ancaman bencana mempunyai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tentang kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat bencana

Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan partisipatif lebih efektif dan berdampak positif dalam menggerakkan masyarakat lokal untuk pengembangan kegiatan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Masyarakat akan termotivasi untuk belajar mengorganisasikan diri sebagai pelaksana kegiatan tanggap darurat bencana. Pada masa ”damai” masyarakat tergerak untuk bersama-sama melakukan pemberdayaan dan pengembangan kapasitas, pendidikan, pengorganisasian, pengerahan masyarakat lainnya. Masyarakat harus ikut serta dalam proses perencanaan. Kegiatan Upaya-upaya tersebut dipadukan dengan peranan masyarakat dalam manajemen pasca bencana seperti pemulihan dan rehabilitasi (mengembalikan seperti keadaan semula), rekonstruksi (pembangunan kembali), pengembangan, pencegahan, mitigasi, serta penanggulangan bencana

Upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanganan dampak bencana di Kelurahan Baciro diwujudkan dengan membentuk pengurus Kelurahan Tangguh Bencana (KATANA). Secara bersama-sama masyarakat kelurahan Baciro dengan dipandu pihak BPBD Kota Yogyakarta dan BPBD DIY menyusun kepengurusan Kelurahan Tangguh Bencana, menyusun Protap penanganan dampak bencana baik pra bencana, saat terjadi bencana maupun pasca bencana. Diharapkan dengan terbentuknya KATANA Kelurahan Baciro, seluruh komponen masyarakat dapat lebih memahami dan lebih siap siaga menghadapi bencana yang sewaktu-waktu bisa timbul. (SURYA-A0216)